Jumat, 14 Agustus 2009

JADWAL KULIAH SEMESTER GENAP TAHUN 2009

SABTU

1. 07.30 - 09.30 ( MANAJEMEN PEMASARAN LANJUTAN --> B.202 )
2. 13.00 - 15.00 ( MANAJEMEN SDM LANJUTAN --> 203 )

MINGGU

1. 13.00 - 15.00 ( MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN --> AULA UUG )
2. 16.00 - 18.00 ( MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN --> AULA UUG )

Selasa, 11 Agustus 2009

TUGAS KELOMPOK MANAJEMEN OPERASIONAL

KELOMPOK 1 (PROJEK MANAJEMEN)
1. HASBI
2. NINIK LANTARA
3. ASRAF
4. SUARDI
5. IRYANI
KELOMPOK 2 ( TQM)
1. SYARIF MARIKAR
2. AHMAD
3. RUSLAN
4. USTADS
KELOMPOK 3 (LEAN PRODUCTION)
1. EVERT
2. BAHARUDDIN
3. TATI
4. RIA
KELOMPOK 4 ( SCHEDULING)
1. JO
2. DEDDY
3. UCOK
4. MATAKALASSA

Minggu, 09 Agustus 2009

TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

TUGAS PROF SALIM BASALAMAH (SABTU, 8 AGUSTUS 2009)

A. BUAT SUMARY BUKU MSDM KARANGAN VEITZAL TAHUN 2009

1. M.SYARIF MARIKAR = BAB 2 DAN 3
2. ACHMAD PARAKESIT = BAB 4 DAN 5
3. DEDDY = BAB 6 DAN 7
4. JO = BAB 8
5. DG. MATAKALASSA = BAB 10
6. RUSLAN = BAB 11
7. NINIK = BAB 19
8. TATI SALMIATI = BAB 13
9. USTADS = BAB 14
10 BAHARUDDIN PATANGGAI = BAB 15
11. SADARIAH = BAB 16
12. EVERT = BAB 17
13. IRYANI = BAB 18
14. ASRAF = BAB 12
15. SUARDI = BAB 20
16. HASBI = BAB 21
17. M.YUSUF = BAB 9

B. THE NEW YOUR LIFE BUAT SUMMARY MASING MASING 3 HALAMAN

C. MASING MASING KUMPUL 5 JURNAL TAHUN 2008 – 2009 DAN SALAH SATUNYA
DIKRITISI

Senin, 03 Agustus 2009

Adapting Marketing To The New Economiy

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berawal pada bulan Juli 1997, yaitu ketika gedung putih Amerika Serikat meresmikan internet sebagai mediator dalam melakukan bisnis, maka semenjak itu muncul paradigma baru dalam memasarkan barang dan jasa melalui media elektronik dimana lebih dikenal dengan istilah “e-Commerce.” Tumbuh kembangnya “e-Commerce” ditengarai sebagai model bisnis masa depan memicu banyak perusahaan untuk mengembangkan model bisnis yang dikelola secara online ini. Bahkan sebuah fakta mengungkap bahwa Amazon.com sebagai pioneer dalam bisnis online pada awal berdirinya selalu mengalami kerugian akan tetapi investor begitu menggandrungi saham Amazon.com.
Masyarakat dunia secara umum mengalami perubahan pola perilaku dan kebutuhan yang dikarenakan perkembangan teknologi dan arus informasi. Hal ini sejalan dengan terus berkembangnya dunia “e-Commerce” yang mengemas teknologi dan informasi ke komunitas dunia. Dengan mengusung kedua hal tersebut konsumen menjadi lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan. Konsumen lebih bertingkah laku praktis dalam arti konsumen membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam pemenuhan kebutuhannya.
Pada prinsipnya “e-Commerce” menyediakan infrastruktur bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi proses bisnis internal menuju lingkungan eksternal tanpa harus menghadapi rintangan waktu dan ruang (time and space) yang selama ini menjadi isu utama. Peluang untuk membangun jaringan dengan berbagai institusi lain tersebut harus dimanfaatkan karena dewasa ini persaingan sesungguhnya terletak pada bagaimana suatu perusahaan dapat memanfaatkan “e-Commerce” untuk meningkatkan kinerja dalam bisnis inti yang digelutinya.
Perkembangan dunia “e-Commerce” di Indonesia berkembang sedemikian pesat yang diindikasikan perkembangan teknologi (tele) komunikasi dan komputer. Perkembangan tersebut diikuti juga oleh perusahaan yang juga berlomba-lomba membangun bisnis secara online. Pelaku bisnis mendapatkan desakan perubahan pola perilaku konsumen yang semakin modern, sehingga menjadi sebuah keharusan untuk menggunakan metode elektronik ini dalam melakukan sistem pendukungan penjualan berbasis online.
Sesuai dengan semakin tumbuh berkembangnya masyarakat Indonesia secara general dan masyarakat Malang pada khususnya, maka perkembangan e-Commerce adalah sebuah paradigma baru yang menjadi penting ketika masyarakat mengalami perubahan perilaku yakni semakin membutuhkan kepraktisan ketika ingin memenuhi kebutuhannya. Internet yang menjadi mediator utama dalam penerapan e-Commerce sudah mulai meluas penggunaannya.
Banyak perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan e-Commerce dalam menjalankan bisnisnya. Beberapa diantaranya adalah Glodok, Bhineka, Alfamart. Ketiga perusahaan sudah melakukan transaksi secara online atau paling tidak sudah menyediakan layanan yang berbasis pada internet. Ada pun bentuk produk yang ditawarkan dalam transaksi pembelian online/e-Buy adalah produk elektronik.
Produk elektronik adalah merupakan kebutuhan konsumen yang diklasifikasikan sebagai shoping product, dimana berbeda dengan convinience product pelanggan produk elektronik lebih mengutamakan pemilihan produk yang sesuai dengan kualifikasi, gaya hidup, dan harga bukan pada pengalaman berbelanja seperti ketika mereka melakukan pembelian convinience product.
Munculnya paradigma pemasaran baru yang berbasis pada Internet atau e-Commerce di Indonesia sepertinya masih belum optimal, karena masih terbatasnya kalangan yang menggunakan dunia maya dalam melakukan transaksi pembelian. Demikian juga pada keterbatasan vendor dalam menyediakan layanan dalam websitenya, meyebabkan munculnya suatu permasalahan tentang peranan yang diberikan e-Commerce dalam menunjang penjualan produk elektronik serta bagaimana konsep pengembangan e-Commerce untuk menunjang penjualan produk elektronik.
Semakin meningkatnya komunitas bisnis yang mempergunakan internet dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari secara tidak langsung telah menciptakan sebuah ranah dunia baru yang kerap diistilahkan sebagai “cyberspace” atau dunia maya. Berbeda dengan dunia nyata (real world) , cyberspace memiliki karakteristik yang unik dimana manusia dapat berinteraksi dengan siapa pun di dunia jika terhubung dengan internet.
Menjamurnya warung internet (Warnet) hampir disetiap kota serta kemajuan dunia telekomunikasi yang membuat konsumen juga dapat mengakses layanan internet melalui ponsel yang dimiliki merupakan salah satu bentuk kegayutan dari konsumen dengan dunia internet dan e-Commerce tentunya. Konsumen juga dapat dengan cepat mengakses internet melalui PC (Personal Computer) yang ada dirumah dengan menggunakan Dial-up Connection yang disediakan oleh PT. Telkom, Tbk ataupun dengan berlangganan Telkom Speedy.
Penerapan e-Commerce dalam produk elektronik adalah salah satu bentuk karakteristik dari e-Commerce yaitu Business to Consumer. Pada karakteristik e-Commerce ini lebih dikenal dengan e-Buy, dimana karakteristik ini mengusung bisnis retail secara online. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat pemenuhan tugas kuliah manaejemen pemasaran dengan judul “Adapting Marketing To The New Economiy


BAB II
PEMBAHASAN

A. Perekonomian Digital
Abad 21 merupakan masa dimana hampir semua perusahaan beroperasi ditengah perekonomian digital. Perekonomian jenis ini merupakan perekonomian berbasis teknologi informasi yang melibatkan penggunaan teknologi computer termasuk didalamnya teknologi komunikasi seperti internet, intranet dan ekstranet.
Perkembangan teknologi informasi yang pesat memicu terciptanya model-model bisnis baru. Kenyataan ini disatu sisi telah membantu perusahaan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dengan menemukan peluang bisnis baru dan menciptakan keuunggulan kompetitif. Disisi lain teknologi informasi seperti internet telah membawa perusahaan masuk dalam area persaingan yang lebih ketat yaitu persaingan global. Intinya siap atau tidak siap perusahaan dipaksa untuk menggunakan teknologi informasi jika ingin bertahan
B. Mengenal E-Tech, E-Business, dan E-Commerce
E-Technology adalah suatu kegiatan yang menginteruksikan new models (gabungan antara sebuah kegiatan dengan memanfaatkan teknologi yang ada sehingga dapat menghasilkan teknologi yang baru). Contoh penerapan e-technolgy adalah pada pembuatan e-commerce dalam suatu e-business, penggunaan e-payment dalam transaksi e-business.
Banyak orang mengasumsikan bahwa e-commerce dan e-bisnis adalah sama. Istilah e-commerce dan e-bisnis mungkin kedengarannya sama tapi secara teknis sebenarnya keduanya berbeda.
Keduanya memang memiliki huruf ‘e’ yang mengindikasikan penggunaan elektronik termasuk internet dan EDI (electronic data interchange) untuk mengembangkan proses bisnis. Secara definisi e-commerce merupakan bagian dari e-bisnis, namun tidak semua e-bisnis berarti e-commerce.
E-commerce lebih sempit jika dibandingkan e-bisnis, di mana e-commerce adalah sub perangkat dari e-bisnis. Di mana e-bisnis sangat luas, menunjuk kepada penggunaan teknologi untuk menjalankan bisnis yang memberikan hasil, memberikan dampak yang besar kepada bisnis secara keseluruhan.
Sementara e-commerce mengacu kepada penggunaan internet untuk belanja online, seperti untuk belanja produk dan jasa. Contohnya terjadi ketika konsumen men-order tiket, buku atau hadiah, produk berwujud maupun tidak berwujud melalui internet. Sampel lainnya ketika sebuah organisasi atau individu membayarkan sejumlah uang via internet.
Istilah e-bisnis meng-cover semua area bisnis. E-bisnis terjadi ketika perusahaan atau individu berkomunikasi dengan para klien atau nasabah melalui email. Pemasaran dilakukan melalui internet, menjual produk atau jasa melalui internet, menggunakan internet untuk riset pasar, menggunakan internet untuk meng-hire orang, menggunakan internet untuk promosi produk dan jasa, dan sebagainya.
C. Kecepatan produk di internet
Internet merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara global, memungkinkan penggunanya saling bertukar informasi melalui berbagai saluran. Dengan demikian memungkinkan penggunanya saling berbisnis. Seluruh entrepreneur terkaya dunia memanfaatkan pasar yang disebut Internet tersebut. Ada sejumlah alasan mengapa perusahaan-perusahaan mereka membidik pasar Internet. Pertama-tama, para penonton televisi mulai berpindah ke Internet. Karena mereka pindah maka media iklan harus mengikutinya, dengan asumsi bahwa tujuan pemasar mana pun adalah untuk menjangkau target audiens-nya secara efektif dan efisien. Para pemasar mengakui bahwa mereka harus melakukan penyesuaian perencanaan pemasarannya untuk mengejar terus meningkatnya jumlah orang yang menghabiskan waktu di depan media online, seringkali dengan meninggalkan media yang lain.
Kedua, untuk membidik pasar internet menggunakan iklan yang dapat di-update setiap waktu dengan biaya minimal: karena itu iklan-iklan di internet selalu bisa tampil baru. Ketiga, pasar internet dapat menjangkau pembeli potensial dalam jumlah yang sangat besar dalam hitungan global. Keempat, biaya untuk iklan online kadang-kadang lebih murah dibandingkan iklan televisi, koran, atau radio. Media beriklan yang disebutkan belakangan itu menjadi lebih mahal karena ditentukan oleh ruang yang akan dipakai, berapa hari (waktunya) iklan tersebut akan dimuat, serta pada berapa stasiun televisi dan koran lokal atau nasional iklan tersebut akan dipasang. Kelima, iklan di internet dapat secara efisien menggunakan konvergensi teks, audio, grafik, dan animasi. Keenam, Internet sendiri sedang berkembang dengan pesatnya. Ketujuh, Anda dapat membuat iklan secara interaktif dan dibidikkan ke kelompok-kelompok tertentu dan/atau perorangan.
Riset yang dilakukan pada musim gugur tahun 1996 menemukan bahwa tiga perempat dari pemakai komputer pribadi (PC) akan meninggalkan televisi dan melewatkan waktunya di depan komputer mereka. Perpindahan dari televisi yang jumlahnya sebesar itu nampak sangat mengesankan. Sebagai tambahan atas fakta ini ialah bahwa pemakai Internet merupakan orang-orang terdidik dan memiliki penghasilan yang sangat tinggi, sehingga manjadi logis kalau disimpulkan bahwa penjelajah Internet merupakan target yang sudah diimpikan oleh para pemasar.
Mulai tahun 1998, karakteristik ini telah meyakinkan perusahaan besar yang memproduksi segala kebutuhan konsumen untuk mulai menggeser anggaran periklanannya dari media tradisional ke iklan Internet. Yang dilakukan Toyota merupakan contoh nyata dari begitu ampuhnya Internet. Saatchi and Saatchi, sebuah agen periklanan ternama, mengembangkan situs Web untuk Toyota (http://www.toyota.com/) dan menempatkan iklan banner yang sangat menarik di situs-situs populer, seperti http://www.espn.com/ . Dalam waktu satu tahun, situs tersebut mampu menyamai penjualan yang dilakukan 800 sumber penjualan Toyota lainnya.
Langkah ketiga dalam menjual produk di internet adalah memahami tahap siklus hidup produk di internet. Siklus hidup di Internet meliputi tahap perkenalan produk, tahap produk eceran dalam musim, tahap akhir hidup produk dan tahap likuidasi produk. Tahap perkenalan produk juga dikenal sebagai tahap produk diluncurkan. Tahap ini terjadi pada saat produk diperkenalkan ke pasar dan produk merupakan hal yang sangat baru bagi benak pelanggan. Pada tahap ini produk dalam keadaan hangat atau eksis atau suplai produk belum dapat memenuhi seluruh permintaan. Keadaan daur hidup seperti ini dikenal sebagai keadaan daur hidup produk yang sehat. Biasanya waktunya antara 1 tahun sampai 3 tahun. Sebaliknya jika suplai produk lebih besar dari permintaan mengindikasikan keadaan tidak sehat atau produk gagal, waktunya antara 6 sampai 12 bulan atau kurang. Misalnya, pada saat Apple mengeluarkan iPod Mini, sebuah MP3 player telah terjual habis selama tiga bulan pada tahap perkenalan. Sebaliknya, perusahaan elektronik yang menjual peralatan dapur $1,000 selama 2 bulan di Internet mengalami kegagalan dan diakhiri dengan memberikan potongan pada tahap perkenalannya.Tahap produk eceran dalam musim merupakan tahap, sebagian besar perusahaan membutuhkan pengecer yang memberikan harga produknya sesuai dengan yang direkomendasikannya. Kamera digital, mobil, buku, televisi dan pakaian terkini dan terhebat merupakan produk eceran dalam musim. Misalnya, jika kita membeli kamera digital ke Best Buy, Circuit City, Electrinic Boutique, Sears dan toko lainnya, akan menemukan harga yang sama, kecuali mungkin ada harga paket dalam rangka peristiwa tertentu, tetapi pada dasarnya harga di setiap otulet harganya sama.Tahap akhir hidup produk biasanya disebabkan adanya perkenalan produk baru dalam kategori produk oleh perusahaan atau pesaing. Pada tahap ini produsen dan pengecer menarik produk lama tersebut secepat mungkin dengan mengganti produk yang baru yang masih hangat. Pada tahap ini produk terjual sebagai biaya atau mengalami kerugian kecil, karena pelanggan bergeser dari produk lama menuju produk yang lebih baru. Pada produk lama tersebut penjual menggunakan harga potongan tinggi untuk menarik pelanggan agar membeli produk yang lama tersebut. Misalnya, produk lama kita sebut P100, maka produk baru yang menggantikan dengan model baru kita sebut P200. Hal ini berlaku pada otomotif, elektronik, komputer, pakaian dan sebagainya.Tahap likuidasi adalah tahap produk kelebihan stok, menghasilkan sisa dan melakukan pembaharuan produk. Tahap ini merupakan tahap yang dihindari oleh produsen dan pengecer,karena akan mengalami kerugian besar. Biasanya produk terjual dengan harga 10 % sampai 20 % dari biaya atau mengalami kerugian antara 80 % sampai 90 %, sehingga produsen dan pengecer akan menghilangkan produk tersebut. Sebagai contoh, perusahaan ingin menjual dalam jumlah besar jaket kulit untuk wanita untuk musim dingin dan musim gugur. Perusahaan memproduksi dalam jumlah besar dan menyetok dalam jumlah besar di ribuan toko dan kota. Ternyata perkiraan tersebut salah, karena hanya kota tertentu saja yang sangat butuh jaket kulit tersebut. Maka satu-satunya cara hanya menjual dengan memberikan diskon yang besar untuk dapat menjual jaket kulit tersebut dan berakibat mengalami kerugian.langkah keempat dalam menjual produk di internet adalah memahami harga produk yang kita jual dan jumlah produk yang terjual dalam waktu tertentu. Hubungan antara keduanya biasanya disebut sebagai product velocity. Semakin banyak produk yang kita jual,semakin besar pula product velocity-nya. Kita dapat membuat kurva hubungan antara harga dengan jumlah terjual setiap minggu. Biasanya semakin besar keinginan untuk menjual dalam jumlah banyak, maka kita harus menetapkan harga lebih rendah, sebaliknya semakin tinggi harga yang kita tetapkan semakin sedikit pula jumlah produk yang dapat kita jual. Average Sales Price dapat juga dipersempit dengan menyatakan dalam sebuah item yang dikandung yang biasa disebut Stock Keeping Unit (SKU) yang merupakan sebuah istilah yang seringkali digunakan oleh pengecer off-line untuk menunjukkan sebuah item unik dalam inventory. Misalnya, Penjual A mempunyai tiga baju berwarna merah dengan ukuran XL ada dua dan berwarna biru dengan ukuran L ada satu buah, maka SKUnya hanya dua buah, yaitu SKU1 adalah baju berwarna merah (jumlah 2) dan SKU2 adalah baju berwarna biru (jumlah 1). Konsep kunci untuk difahami tanpa harus mengerjakan promosi atau melakukan sesuatu yang khusus permintaan di pasar atau menempatkan berbagai SKU secara tetap, tidak akan mengubah permintaan dalam periode waktu 30 hari sampai 60 hari. Variabel lain yang bekerja adalah penawaran, maka kita harus juga mengendalikan penawaran, meskipun penawaran ini juga dikendalikan oleh pesaing kita. Informasi ini merupakan senjata yang dapat kita pakai untuk membuat keputusan penting berdasarkan sasaran kita.Sebagai contoh, Penjual A menjual 10 unit dari SKU setiap bulan pada harga $ 150. Penjual A mempunyai sasaran ingin meningkatkan keuntungannya setiap bulan. Biaya SKU pada volume 40 unit biaya $100, tetapi jika dapat meningkatkan penjualan lebih dari 100 unit per bulan, biaya SKU turun menjadi $ 85. Maka informasi ini dapat dibuat berbagai skenario. Skenario pertama berfokus pada margin tinggi, kita menjual dengan harga $ 150 yang terjual 40 unit dengan biaya $ 100, maka margin kotornya ($150- $100) x 40 = $2000. Skenario kedua berfokus pada margin yang sedang, kita menjual dengan harga $ 120 yang terjual 80 unit dengan biaya $ 100, maka margin kotornya ($120- $100) x 80 = $1600. Skenario ketiga berfokus pada margin rendah, kita menjual dengan harga $ 100 yang terjual 160 unit dengan biaya $ 85, maka margin kotornya ($100- $85) x 160 = $2400. Dengan memahami kecepatan produk / harga dan melakukan uji coba memungkin kita mendapatkan perkiraan jumlah SKU yang dapat kita jual dan vulume yang kita harapkan. Dengan memperkirakan harga dan volume dari produk kita akan membantu melakukan persiapan sumberdaya produk dan mampu memprediksi margin yang kita peroleh setiap bulannya. Jika produk bukan buatan kita,maka kita dapat melakukan negosiasi harga dengan sumber produk kita dengan harga berdasarkan volume penjualan.
D. Perubahan Konsumen di Era Internet
Alur interaksi antara konsumen dengan brand/product sebelumnya dikenal secara umum melaluoi alur AIDA (Awaraness - Interest - Desire - Action). Namun kehadiran internet telah merubah paradigma konsumen, sehingga Dentsu memperkenalkan AISAS sebagai pola baru interaksi antara konsumen dengan produk atau brand.AISAS adalah kepanjangan dari Awaraness - Interest - Search - Action - Share.Awaraness adalah kata lain dari "Tak Kenal Maka Tak Sayang". Sebuah produk harus diperkenalkan kepada target marketnya. Perkenalan itu bisa dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan komunikasi marketing (above the line maupun below the line) dan Public Relation. Syukurlah dengan hadirnya era internet ini, maka pilihan memperkenalkan produk bisa dilakukan melalui berbagai cara yang relatif murah, seperti melalui email, milist, viral, hingga iklan di media online. Tentu saja hal ini menambah jalan untuk membuat orang mengenal produk kita.
Interest adalah proses berikutnya, calon konsumen tertarik dengan produk kita. Ketertarikan itu bisa terjadi karena memang komunikasi yang tepat bagi calon konsumen. Sebagai tambahan, di era internet ini, ketertarikan ini bisa juga terjadi apabila konsumen merasa tertarik dengan informasi yang terpapar di website kita, sehingga bagaimana menyusun sebuah website yang sesuai dengan tujuannya serta membangun pengalaman yang tepat, nyaman, dan menyenangkan saat orang menggali informasi di website juga bisa meningkatkan ketertarikan konsumen pada produk.
Search ini merupakan berkah bagi konsumen dengan adanya Google, sebelum mengambil keputusan, maka konsumen akan berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya lewat search engine. Product review, tulisan di blogs, website-website lain, milist, dan semua informasi akan terpampang dengan jelas di Google, inilah yang membantu konsumen untuk mengambil keputusan. Hal ini juga sejalan dengan data riset yang saya miliki bahwa internet user di Indonesia menganggap internet adalah jenis media nomer 1 yang membantu mereka dalam mendapatkan informasi dan juga dalam mendukung keputusan pembelian (dalam 2 fungsi tersebut, ternyata internet mengalahkan semua jenis media lain).
Action adalah tindakan konsumen, disinilah the real experience tercipta. Proses interaksi langsung antara konsumen dengan sales channel kita, transaksi, delivery, konsumsi, hingga after sales service merupakan satu kesatuan pengalaman yang benar-benar harus senantiasa dijaga agar sesuai bahkan melebihi ekspektasi dari konsumen.
Share adalah hasil setelah konsumen merasakan semua pengalaman interaksi mereka dengan produk/brand, mereka akan membagi pengalamannya kepada orang lain melalui email, chat, blogs, mailist, online forum, dan lain-lain. Sehingga pengalaman baik ataupun buruk akan mudah tersebar ke banyak orang, dan juga akan terendus oleh search engine. Dari proses tersebut diatas, maka semua brand owner maupun pemilik produk mesti mengasah lagi pisau kreatifitasnya dalam menyikapi perubahan paradigma konsumen tersebut. Dan begitu banyak peluang dan juga tantangan yang mesti disiasati
BAB III
PENUTUP

Seperti yang telah ditegaskan olek Kotler, pengunaan teknologi untuk bisnis merupakan sebuah keharusan. Dijaman perekonomian digital, tidak menerapkan teknologi informasi sama saja dengan membiarkan perusahaan mati perlahan. Dalam relasinya dengan pemasaran, teknologi informasi terbukti memeliliki tools dan metode dalam hal membantu pemasaran dari tahap analisis sanmpai pada penciptaan produk, penentuan harga, target dan promosi.
.

Rabu, 29 Juli 2009

PENGERTIAN FILSAFAT

PENGERTIAN FILSAFAT
Secara epistimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia, dan terdiri dari kata Philos yang berarti kesukaan atau kecintaan terhadap sesuatu, dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan. Secara harafiah, filsafat diartikan sebagai suatu kecintaan terhadap kebijaksanaan (kecenderungan untuk menyenangi kebijaksanaan). Namun pertanyaan kita selanjutnya adalah bagaimana kita mendefinisi filsafat itu sendiri? Hamersma (1981: 10) mengatakan bahwa Filsafat merupakan pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan Jadi, dari definisi ini nampak bahwa kajian filsafat itu sendiri adalah realitas hidup manusia yang dijelaskan secara ilmiah guna memperoleh pemaknaan menuju “hakikat kebenaran”.
Sebenarnya, pengertian tentang filsafat cukup beragam. Titus et.al (dalam Muntasyir&Munir, 2002: 3) memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat, sebagai berikut :
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif)
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentris.
Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Ciri-Ciri Berpikir Dalam Filsafat
Dalam memahami suatu permasalahan, ada perbedaan tentang karakteristik dalam berfikir antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain. Mudhofir dalam Muntasyir&Munir (2002: 4-5) mengatakan bahwa ciri-ciri berfikir kefilsafatan sebagai berikut :
Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan.
Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jespers terletak pada aspek keumumannya.
Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya : Apakah Kebebasan itu ?
Koheren atau konsisten (runtut). Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
Sistematik, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan relijius.
Bertanggungjawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang-orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.
Bidang dalam Filsafat
Secara umum, bidang-bidang utama filsafat terbagi menjadi 3 bagian, yaitu metafisika, epistimologi dan aksiologi. Secara ringkas ketiga bidang tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Metafisika. Metafisika berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta ta physika yang berarti segala sesuatu yang berada di balik hal-hal yang sifatnya fisik. Metafisika sendiri dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang paling utama, yang membicarakan mengenai keberadaan (being) dan eksistensi (existence). Oleh karena itu, metafisika lebih mempelajari sesuatu atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan. Menurut Wolff, metafisika dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori, yaitu :
Metafisika Umum (Ontologi), yaitu metafisika yang membicarakan tentang “Ada” (Being).
Metafisika Khusus, yaitu metafisika yang membicarakan sesuatu yang sifatnya khusus. Dalam metafisika khusus ini, Wolff membagi ke dalam 3 (tiga) kategori :
Psikologi, yang membahas mengenai hakekat manusia
Kosmologi, yang membahas mengenai alam semesta
Theologi, yang membahas mengenai
Epistimologi. Epistimologi berasal dari kata Episteme yang berarti pengetahuan (knowledge) dan logos yang berarti teori. Oleh karena itu, epistimologi berarti teori pengetahuan. Permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus pembicaraan epistimologi adalah asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dan kebenaran, dan sebagainya. Dalam epistimologi, pengetahuan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan kebenaran.
Aksiologi. Aksiologi berasal dari kata axios yang berarti nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos yang berarti akal atau teori. Oleh karena itu, aksiologi dapat diartikan sebagai teori mengenai sesuatu yang bernilai. Dalam cabang ini, salah satu yang paling mendapatkan perhatian adalah masalah etika/kesusilaan. Dalam etika, obyek materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan secara sadar. Sedangkan obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral dari suatu perilaku manusia.
DEFENISI FILSAFAT ILMU
Menurut Beerling (1985; 1-2) filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara utnuk memperolehnya. Dengan kata lain filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjuta. Dia merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan atau secondary reflexion. Refleksi sekunder seperti itu merupakan syarat mutlak untuk menentang bahaya yang menjurus kepada keadaan cerai berai serta pertumbuhan yang tidak seimbang dari ilmu-ilmu yang ada. Refelksi sekunder banyak memberi sumbangan dalam usaha memberi tekanan perhatian pada metodikaserta sistem dan untuk berusaha memperoleh pemahaman mengenai azas-azas, latar belakang serta hubungan-hubungan yang dipunyai kegiatan ilmiah. Sumbangan tersebut bisa berbentuk (1) mengarahkan metode-metode penyelidikan ilmiah kejuruan kepada penyelenggaaraan kegiatan ilmiah; (2) menerapkan penyelidikan kefilsafatan terhadap terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah. Dalam hal ini mempertanyakan kembali secara de-jure mengenai landasan-landasan serta azas-azas yang memungkinkan ilmu itu memberi pembenaran pada dirinya serta apa yang dianggapnya benar.
Filsafat ilmu adalah refleksi yang mengakar terhadap prinsip-prinsip ilmu. Prinsip ilmu adalah sebab fundamental dan kebenaran universal yang lengket didalam ilmu yang pada akhirnya memberi jawaban terhadap keberadaan ilmu. Dengan mengetahui seluk-beluk prinsip ilmu itu maka dapat diungkapkan perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan perkembangannya, keterjalinan antar ilmu, ciri penanganan secara ilmiah, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan sebagainya yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri (Suriasumantri, 1986; 301-302). Filsafat ilmu pengetahuan membahas sebab musabab pengetahuan dan menggali tentang kebenaran, kepastian, dan tahap-tahapnya, objektivitas, abstraksi, intuisi, dan juga pertanyaan mengenai “dari mana asalnya dan kemana arah pengetahuan itu?” (Verhaak & Haryono, 1989; 12-13).
Perbedaan filsafat ilmu dengan filsafat atau ilmu-ilmu lain seperti sejarah ilmu, psikologi, sosiologi, dan sebagainya terletak apada masalah yang hendak dipecahkan dan metode yang akan digunakan. Filsafat ilmu tidak berhenti pada pertanyaan mengenai bagaimana pertumbuhan serta cara penyelenggaraan ilmu dalam kenyatannya, melainkan mempermasalahkan masalah metodologik, yakni mengenai azas-azas serta alasan apakah yang menyebabkan ilmu dapat menyatakan bahwa ia memperoleh pengetahuan ilmiah (Beerling, 1985; 2). Pertanyaan seperti itu tidak dapat dijawab oleh ilmu itu sendiri tetapi membutuhkan analisa kefilsafatan mengenai tujuan serta cara kerja ilmu. Pertalian antara filsafat dan ilmu harus terjelma dalam filsafat ilmu. Kedudukan filsafat iilmu dalam lingkungan fisafat secara keseluruhan adalah pertama, bahwa filsafat ilmu berhubungan erat dengan filsafat ilmupengetahuan (epistemologi); kedua, filsafat ilmu erat hubungannya dengan logika dan metodologi, dan dalam hal ini kadang-kadang filsafat ilmu dijumbuhkan denganmetodologi (Beerling, 1985; 4). Hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan lebih erat dalam bidang ilmu pengetahuan manusia. Ilmu-ilmu manusia seringkali lebih jelas masih mempunyai filsafat ilmu tersembunyi (Bertens, 1987; 21 dan Katsoff, 1986; 105-106).
HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan. Antara definisi filsafat dan ilmu pengetahuan memang hampir mirip namun kalau kita menyimak bahwa di dalam definisi ilmu pengetahuan lebih menyoroti kenyataan tertentu yang menjadi kompetensi bidang ilmu pengetahuan masing-masing, sedangkan filsafat lebih merefleksikan kenyataan secara umum yang belum dibicarakan di dalam ilmu pengetahuan (Muntasyir&Munir,2000: 10). Walaupun demikian, ilmu pengetahuan tetap berasal dari filsafat sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan yang berdasarkan kekaguman atau keheranan yang mendorong rasa ingin tahu untuk menyelidikinya, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan.
Wibisono (1997: x) pada Artikel kunci “Gagasan Strategik Tentang Kultur Keilmuan Pada Pendidikan Tinggi”, yang mengambil pendapat H.J. Pos, beliau menandaskan bahwa abad ke-19 dan 20, dan bahkan sampai sekarang, diidentifikasi sebagai suatu abad yang ditandai oleh dominasinya peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan umat manusia.
Dominasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia memang tidak dapat dipungkiri. Betapa tidak, dominasi ini paling kurang membawa pengaruh dan manfaat bagi manusia, atau justru berpengaruh negatif dan membawa malapetaka. Seperti yang diungkapkan oleh Ridwan Ahmad Syukri (1997: 18-19), ilmu yang berorientasi pada kepentingan pragmatis, orientasi duniawi, atau mengesampingkan yang transenden, akan membawa malapetaka bagi kemanusiaan pada umumnya. Ilmu dinilai bukan karena dirinya sendiri, tetapi nilai ilmu pengetahuan berada dalam kesanggupannya membuat kehidupan lebih bernilai dan memberikan kebahagiaan, demi kebutuhan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan manusia, maka bentuk ilmu itu memberikan kemanfaatan.
Selanjutnya, dalam bukunya yang berjudul Epistemologi Dasar, J. Sudarminta mengatakan bahwa ciri-ciri hakiki pengetahuan manusia yaitu:
kepastian mutlak tentang kebenaran segala pengetahuan kita memang tidak mungkin, sebab manusia adalah makhluk contingent dan fallible. Tetapi ini tidak berarti bahwa semua pengetahuan manusia pantas dan perlu dipergunakan kebenarannya. Maka, skeptisisme mutlak pantas ditolak.
subjek berperan aktif dalam kegiatan mengetahui dan tidak hanya bersifat pasif menerima serta melaporkan objek apa adanya. Tetapi ini tidak berarti bahwa pengetahuan manusia melulu bersifat subjektif. Maka, subjektivisme radikal juga pantas disangkal.
pengetahuan manusia memang bersifat relasional dan kontekstual, tetapi itu tidak berarti bahwa objektivitas dan universalitas pengetahuan menjadi tidak mungkin. Menurut Sudarminta (2002: 60) pelbagai bentuk relativisme ilmu pengetahuan, walaupun punya sumbangan yang berharga, merupakan suatu pandangan tentang pengetahuan yang tidak bisa diterima.
DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Aristoteles mengawali metafisikanya dengan pernyataan “setiap manusia dari kodratnya ingin tahu”. Tetapi jauh sebelum Aristoteles, Socrates mengatakan hal yang nampaknnya bertentangan dengan ungkapan Aristoteles tersebut, yaitu bahwa tidak ada seorang manusia pun yang mempunyai pengetahuan (Hadi, 1994: 13). Kontradiktif ini tidak perlu diperdebatkan. Sebab menurut Plato bahwa filsafat dimulai dengan rasa kagum. Kekaguman filosofis ini bukanlah kekaguman akan hal-hal yang rumit, canggih atau kompleks, tetapi justru kekaguman akan sesuatu yang sederhana yang tampaknya jelas dalam pengalaman sehari-hari.
Hadi (1994: 14-15) menyatakan kekaguman dalam hal ini adalah mempertanyakan hal-hal yang ada dihadakan kita, yang dalam anggapan umum dianggap telah diketahui. Oleh karena itu seseorang harus tahu apa yang dicarinya dan berusaha untuk menemukan apa yang dicari tersebut, demikian menurut Plato.
Pengetahuan filosofis ingin menarik diri dari apa yang dianggap sebagai kejelasan umum untuk kembali ke dalam sesuatu yang eksistensial dalam keadaan aslinya. Karenanya, seorang filsuf tidak ada henti-hentinya bertanya. Pernyataan Socrates dan Aristoteles terkesan bertentangan, padahal sebenarnya tidak. Menurut Aristoteles, semua orang dari kodratnya ingin tahu, dan langkah pertama untuk mencapai pengetahuan itu adalah kesadaran socrates bahwa tidak ada seorang pun yang sudah tahu. Untuk mencapai pengetahuan, Bernard Paduska&R. Turman Sirait ( 1997: 5), seseorang harus sadar bahwa ia “belum tahu” dan karena itu ia “ingin tahu”. Dalam redaksi berbeda, namun dapat disetir menjadi satu makna, bahwa menurut filsafat eksistensialisme anda adalah anda karena anda menghendaki demikian.
Dengan uraian di atas, kita dapat melihat adanya dua macam bentuk pengetahuan, yaitu pengetahuan harian atau penggetahuan biasa (common sense) dan pengetahuan ilmiah. Dalam filsafat, pengetahuan biasa sering dianggap sebagai pengetahuan inderawi, sedangkan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan berdasarkan akal budi (intelektif).
Korelasi pengetahuan indrawi dan pengetahuan intelektif membentuk dasar dalam perkembangan ilmu pengetahuan secara global. Sejarahnya telah terukir, betapa dua konsep dasar ini menjadi cikal-bakal yang meletakkan dasar konsep ilmiah. Keilmuan yang ilmiah dapat lahir dari pengamatan yang mendalam tentang semua objek, tetapi juga dasar ilmiah dapat dibangun dari perenungan yang jernih dan mendalam, terukur dan dapat dianalisa, sistematis serta dapat dipelajari, itulah sebagian konsep ilmiah.
Socrates adalah tokoh yang sangat diperhitungkan, meskipun ia tidak secara langsung bicara tentang kebenaran ilmiah. Ketika itu Socrates berhadapan dengan kaum sofis. Filsafat Socrates bahkan sering disebut sebagai reaksi terhadap kaum sofis. Bagi Socrates, kebenaran objektif itu ada, dan bukan hal yang berbau teoritis tapi hidup praktis. Menurutnya, tidak sembarang tingkah laku disebut baik, ada kelakuan yang baik dan ada kelakuan yang kurang baik; ada tindakan yang pantas dan ada tindakan yang jelek. Dengan ini socrates meletakkan dasar berkembangnya gagasan tentang adanya kebenaran, kemudian dilanjutkan dengan oleh Plato. Bagi Plato kebenaran adalah sesuatu yang terdapat pada apa yang dikenal, atau pada apa yang dikejar untuk dikenal . Hal ini sesuai dengan ajaran Plato mengenai idea-idea, bahwa realitas yang sesungguhnya berada didalam dunia idea sedangkan realitas inderawi hanyalah bayang-bayang (Bertens K, 1991: 110-111).
Menurut Wibisono dalam makalahnya mengatakan, Sejalan dengan perkembangan filsafat, ilmu pengetahuan pun berkembang dengan pesatnya. Dalam perjalanan selanjutnya, terdapat fenomena adanya suatu konfigurasi yang menunjukkan tentang bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” itu telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang-filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Berkaitan dengan ilmu-ilmu, pengetahuan yang dicari dan diperoleh sering disebut dengan istilah pengetahuan ilmiah. Menurut Bahm ( 1980: 1) ada lima unsur pokok dalam suatu pengetahuan yang disebut ilmiah yaitu masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh tertentu. Aristoteles menguraikan sistem berpikir ilmiah yang dikenal dengan logika. Menurut Aristoteles terdapat sepuluh kategori yang berkaitan dengan pengertian, yaitu substanti, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, keadaan, mempunyai, berbuat, dan menderita.
Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang sudah dipertanggung-jawabkan secara ilmiah atau diperoleh dengan metode ilmiah. Sebaliknya, pengetahuan sehari-hari yang tidak atau belum dipertanggungjawabkan secara ilmiah disebut pengetahuan pra-ilmiah (Lorens, 1996: 806). Salah satu ciri pengetahuan ilmiah adalah adanya anggapan bahwa pengetahuan ilmiah itu berlaku ilmiah. Mengeni apakah sesuatu dapat atau tidak disebut ilmiah tidak tergantung pada faktor-faktor subjektif. Bisa saja orang berbeda pendapat tentang dasar pembenaran suatu teori, tetapi hal tersebut hanya menunjukkan bahwa faktor-faktor objektif yang bersangkut paut dengan persoalan tadi tidak atau masih dapat membuahkan hasil yang tidak bermakna ganda (ambiguitas). Adanya saling pengaruh antara sifat dan kadar pengetahuan ilmiah dengan sarana-sarana untuk mencapainya mengakibatkan pergeseran-pergeseran, pengertian “ilmiah” sepanjang sejarah. Namun demikian perkembangan ilmu secara mandiri harus dapat dipertahankan.
Menurut Beerling,dkk (1996: 6-7) secara spesifik ada tiga macam pengenalan dari pengetahuan yang disebut ilmiah. (1) pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang mempunyai dasar pembenaran. Setiap pengetahuan ilmiah harus punya dasar pembenaran berdasarkan pemahaman-pemahaman yang dapat dibenarkan secara apriori serta secara empiris melalui penyelidikan ilmiah yang memadai. (2) pengetahuan ilmiah bersifat sistematis. Penyelidikan ilmiah tidak membatasi diri hanya pada satu bahan saja, tapi senantiasa mencari hubungan dengan sejumlah bahan lainnya dan berusaha agar hubungan-hubungan itu merupakan suatu kebulatan. (3) pengetahuan ilmiah itu adalah bersifat inter-subjektif. Kepastian pengetahuan ilmiah tidak didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman orang perorangan yang subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya sendiri. Pengetahuan ilmiah haruslah sedemikian rupa sehingga dalam setiap bagiannya dan dalam bagian yang menyeluruh dapat ditanggapi oleh subjek-subjek lain. Terhadap hasil penyelidikan dimungklinkan ada kesepakatan yang bersifat inter-subjektif.
Di samping apa yang sudah diuraikan di atas, menurut Sudarminta (2002: 32-44) perlu ditambahkan juga bahwa dasar-dasar pengetahuan itu tidak lepas dari peran pengalaman, ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika, bahasa, dan kebutuhan hidup manusia .
CARA MENCAPAI KEBENARAN
Dalam sejarah kehidupan, manusia selalu berusaha untuk mencari kebenaran. Dan sepanjang sejarah itu pula perdebatan mengenai arti dan cara mencapai kebenaran diperdebatkan.
Zaman Yunani Kuno
Diawali oleh Socrates ( ± 469-399) sebagai tokoh yang patut disebut mengawali pembicaraan mengenai kebenaran. Meskipun tidak secara langsung berbicara mengenai kebenaran ilmiah tetapi ia tidak menyetujui relativitas yang terdapat pada kaum sophis. Menurutnya terdapat kebenaran objektif, ada kelakuan yang baik dan ada kelakuan yang tidak baik; ada tidakan yang pantas dan ada yang tidak pantas. Socrates telah meletakkan dasar bagi berkembangnya gagasan tentang adanya kebenaran (Bertens, 1991; 86). Pendapat Socrates dilanjutkan oleh Plato (427-322 SM). Menurut Plato kebenaran merupakan ketak-tersembunyian adanya. Hal ini berarti selama kita masih terikat pada yang ada (the being) saja tanpa masuk adanya dari yang ada itu kita belum berjumpa dengan kebenaran karena adanya (being) itu masih tersembunyi. Barulah dengan hilangnya atau diambilnya selubung yang menutup adanya dari yang ada itu terhadap mata batin kita, maka terbukalah adanya dan serentak dengan itu tampillah kebenaran (Verhaak & Haryono, 1991; 126).
Aristoteles (384-322) lebih melihat kebenaran dari cara yang dipakai pengenal melalui suatu sistem berfikir ilmiah yang dikenal dengan logika. Berkaitan dengan ini dia mengemukakan bahwa cara berfikir ilmiah itu terdiri dari pengertian, petimbangan, dan penalaran. Menurutnya, pengertian mengngkapkan adanya 10 kategori yaitu substansi, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, keadaan, mempunyai, berbuat, menderita. Segala pengertian dapat digabungkan sehingga membentuk suatu pertimbangan. Dengan petimbangan tersebut dapat digabungkan sehingga menghasilkan silogisme (Hadiwiyono, 1980; 45-47).
Zaman Abad Pertengahan
Tokoh yang patut disebut ddalam abad pertengahan ini adalah Thomas Aquinas (1224-1274). Thomas Aquinas mendefinisikan kebenaran sebagai “adequatio rei et intellectus” yaitu kesesuaian, kesamaan pikiran dengan hal, benda. Oleh karena itu kebenaran merupakan istilah transendental yang mengena kepada semua yang ada; dalam arti tertentu kebenaran bukanlah suatu pernyataan tentang cara hal-hal berada tetapi melulu hal-hal itu sendiri (Bagus, 1996; 415).
Menurut Wibisono (1999) pada zaman abad pertengahan ini kita tidak bisa melupakan para filsuf Arab seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan Al-Ghazaly. Mereka telah menyebarkan filsafat Aristoteles ke Cordova Spanyol dan kemudian diwariskan serta dikembangkan oleh para kaum Patristik dan Skolastik di dunia barat sehingga tepat apabila dikatakan jika orang-orang Yunani adalah Bapak Metode Ilmiah dan orang Muslim adalah Bapak angkatnya.
Zaman Modern
Pada zaman modern ini diwarnai dengan timbulnya aliran-aliran tentang perolehan ilmu pengetahuan atau kebenaran ilmiah. Diantaranya adalah Rasionalisme, Empirisme dan Kritisisme. Tiga tokoh besar yang mewakili ketiga aliran tersebut adalah Rene Descartes, David Hume, dan Immanuel Kant.
Rasionalisme
Aliran rasionalisme ini secara luas merupakan pendekatan filosofis yang menekankan adanya akal budi atau rasio sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi (Hadiwiyono, 1980, 2; 18).
Peletak dasar dari aliran ini adalah Rene Descarte (1596-1650). Menurut Descartes, cara untuk membedakan ada tidaknya kebenaran adalah ada tidaknya ide yang jelas dan terpilah-pilah mengenai sesuatu (idea clara et distincta). Akibat pernyataan itu lebih lanjut adalah isi ide yang jelas dan terpilah-pilah itu menjadi benar sehingga kebenaran disamakan dengan idea tersebut. Idea itu pertama-tama terdapat dalam subjek pengetahuan, maka kebenaran-pun demikian, tanpa ada hubungan dengan dunia luar, maka kebenaran hanya sebagai suatu kesimpulan dari adanya kebenaran dalam idea tersebut. Terwujudnya kebenaran ditegaskan sebagai suatu kenyataan (Hadiwiyono, 1980; 18).
Empirisme
David Hume – sebagai tokoh peletak dasar bagi empirisme – menolak rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan sejati berasal dari rasio. Sanggahan Hume ini secara konsekuen terdapat dalam penjelasannya tentang tidak adanya substansi dalam kesadaran kita. Baginya kesatuan ciri-ciri yang disebut substansi oleh rasionalisme hanyalah fiksi, sekumpulan kesan-kesan (a bundle of collection of perception), substansi hanyalah sekumpulan persepsi saja. Menurutnya hakekat ide-ide itu selalu empiris (Yumartana, 1993; 21).
Aliran empirisme secara umum merupakan aliran filsafat yang berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi satu0satunya sumber pengetahuan baik pengalaman lahiriyah atau batiniyah. Informasi yang disajikan kepada kita berguna secara fundamental sebagai ilmu pengetahuan. Akal budi tidak dapat memberikan kepada kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita (Bagus, 1996; 31-38)
Kritisisme
Immanul Kant adalah peletak dasar dari aliran kritisisme. Dalam arti luas, kritisisme merupakan sebuah epistemologi yang menempatkan akal budi sebagai nilai yang amat tinggi tetapi akal budi memiliki keterbatasan. Oleh karena itu Kant mencoba mendamikana rasionalisme dengan empirisme dengan berpendapat bahwa pengetahuan bersifat sintesis. Pengetahuan inderawi atau empirisme merupakan sintesis dari pengamatan ruang dan waktu. Kemudian pengetahuan akal merupakan sintesis pengetahuan. Implikasinya yang dihasilkan bukanlah pengetahuan das ding an sich, untuk itu rasio dan akal budi memberi arah kepada akal ketika tidak mampu mengetahuinya. Kant menyebutnya sebagai idealisme transdental atau idealiseme kritis (Hadiwiyono, 1980, 2; 63-82).
Positivisme
Abad ke-19 dapat diakatakan sebagai abad positivisme – dengan tokohnya Auguste Comte (1798-1857) -, karena pengaruh aliran ini demikian kuatnya dalam dunia modern. Filsafat menjadi praktis bagi tingkah laku manusia sehingga tidak lagi memandang penting berfikir yang bersifat abstrak (Wibisono, 1996;1).
Positivisme kata kuncinya terletak pada kata positif itu sendiri yaitu lawan dari kahayal, merupakan sesuatu yang riil dan objek penyelidikannya didasarkan pada kemampuan akal (Wibisono, 1996; 37). Kata positif juga lawan dari sesuatu yang tidak bermanfaat dan disinilah terjadi progress (kemajuan). Positif juga berarti jelas dan tepat. Disinilah diperlukan filsafat yang mampu memberi atau mebeberkan fenomena dengan tepat dan jelas. Positif juga lawan dari kata negatif dan ada keterkaitan selalu dengan masalah yang menuju kepada penataan atau penertiban.
Penggilongan ilmu pengetahuan oleh Comte didasarkan kepada sejarah ilmu itu sendiri yang menunjuk adanya gejala yang umum yang mempunyai sifat sederhana menuju kepada gejala yang komplek dan semakin konkret. Ilmu-ilmu yang dimaksud adalah ilmu pasti (matematika) dan secara berturut-turut astronomi, fisika, kimia, biologi, dan akhirnya fisika sosial atau sosiologi (Wibisono, 1996; 25). Penggolongan tersbut menyaratkan adanya perkembangan ilmu yang lambat dan cepat. Yang paling cepat perkembangannya adalah yang sederhana dan umum objeknya. Dan ada yang paling lambat perkembangannya adalah yang paling kompleks objek permasalahannya, misalnya fisika sosial.
Sejarah manusia berkembang menurut tiga tahap yaitu tahap teologi atau fiktif, tahap metafisik atau abstrak, dan tahap positif atau riil (Wibisono, 1996; 11). Tahap teolohi atau fiktif merupakan tahap dimana manusia menggambarkan fenomena alam sebagai produk dari tindakan langsung, hal yang berifat supranatural. Pada tahap ini manusia mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan akhir segala sesuatu yang ada dengan selalu mengkontekstualisasikan dengan hal yang sifatnya mutlak.
Tahap metafisik merupakan tahap dimana kekuatan-kekuatan supranatural digantikan oleh kekuatan yang bersifat abstrak, yang dipercaya mampu mengungkapkan rahasia fenomena yang dapat diamati. Dogma-dogma telah ditingglakan dan kemampua akal budi manusia dikembangkan secara maksimal sehingga kekuatan yang bersifat magis digantikan dengan analisis berfikir untuk membedakan yang natural dan supranatural, yang fisik dan metafisik sehingga manusia berperan sebagai subjek yang berjaraak dengan objek. Comte menggambarkan sebagai tahap perkembangan manusia dari sifat ketergantungan menuju sifat mandiri atau dewasa. Tahap ini merupakan masa peralihan yang penuh konflik dan merupakan tahap yang menentukan menuju tahap positivisme.
Tahap ketiga adalah postivisme yaitu orang mulai menoleh, mencari sebab-sebab terakhir dari kejadian alam, kemudian berubah kepada penemuan hukum-hukum yang menyelimuti dengan menggunakan pengamatan dan pemikiran. Tahap ini merupakan tahap science dengan tugas pokok memprediksi fenomena alam dalam rangka memanfaatkannya. Manusia telah sampai pada pengetahuan yang positif yang dapat dicapai melalui observasi, eksperimen, komparasi dan hukum-hukum umum. Pengetahuan yang demikian menunjuk pada pengetahuan yang pasti, riil, jelas dan bermanfaat.
Comte dengan ilmu pengetahuan positifnya, yang pada tahap akhir perkembangan akal budi manusia menjadi pedoman hidup dan landasan kultural, institusional dan kenegaraan untuk menuju masyarakat yang maju dan tertib, merdeka dan sejahtera. Bangunan ilmu pengetahuan positif itu adalah sebagai berikut.
Asumsi pertama, ilmu pengetahuan harus bersifat objektif (bebas nilai dan netral). Objektivitas pengetahuan berlangsung dari dua pihak, pihak subjek dan objek. Pada pihak subjek seorang ilmuwan tidak boleh membiarkan dirinya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri misalnya sentimen, penilaian etnis, kepentingan pribadi atau kelompok, kepercayaan agama, filsafat dan lain sebagainya yang bisa mempengaruhi objektivitas dari objek yang sedang diamati. Pada pihak objek, aspek-aspek dan dimensi-dimensi lain yang tidak bisa diukur dalam onservasi misalnya roh atau jiwa, tidak dapat ditolerir keberadannya. Laporan atau teori-teori ilmiah hanya menjelaskan fakta-fakta dan kejadian-kejadian yang dapat diobservasi saja.
Asumsi kedua, ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulangkali terjadi. Andaikata ilmu pengetahuan hanya diarahkan kepada hal-hal unik, yang hanya sekali saja terjadi, maka pengetahuan itu tidak dapat membantu kita untuk meramalkan atau emamstikan hal-hal yang akan terjadi. Padhal rmalan atau prediksi merupakan suatu tujuan terpenting ilmu pengetahuan.
Asumsi ketiga, ilmu pengetahuan menyoroti setiap fenomena atau kejadian alam dari saling ketergantungan antar hubungannya dengan fenomena-fenomena lain. Mereka diandaikan saling berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu sistem yang bersifat mekanis. Perhatian ilmuwan bukan diarahkan kepada hakekat dari gejal-gejala melainkan pada relasi-relasi luar khususnya relasi sebab akibat, antara benda-benda, gejala-gejala atau kejadian-kejadian.
Usaha Comte untuk merumuskan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat positif, objektif, ilmiah, dan universal pada akhirnya membawa dirinya pada ilmu pasti, dan studinya yang mendalam tentang hal ini mendorong dia pada kesimpulan bahwa ilmu pasti mempunyai tingkat kebenaran yang tertinggi, bebas dari penilaian-penilaian subjektuf dan berlaku universal. Oleh sebab itu suatu penjelasan tentang fenomena tanpa disertai dengan pertimbangan ilmu pasti (matematika dan statistika) adalah non-sense belaka. Tanpa ilmu pasti ilmu pengetahuan akan kembali menjadi metafisika (Abidin, 2000; 121-124).

PERKENALAN

BLOG INI KAMI BUAT DI VALLEY MAKASSAR....
KAMI YANG MENULIS BLOG INI :
1. ANDI JENNY INDRIAKATI
2. DEDDY RAHWANDI RAHIM
3. MUHAMMAD YUSUF SAFWAN
DENGAN SATU HARAPAN ILMU MANAJEMEN DAPAT TERSEBAR LUAS
DALAM SEMUA SISI KEHIDUPAN UMAT MANUSIA......................................
SALAM MAHASISWA